Tuesday, September 09, 2008

Ojek Angkutan Tampung Pengangguran

Senin, 8 September 2008
PELAIHARI – Meski sempat terjadi kontroversi terkait keberadaan Ojek Angkutan atau yang biasa dikenal Ojek Kayu pembawa limbah kayu ulin. Namun secara ekonomis, keberadaannya memberi dampak yang tidak sedikit bagi warga.

Ketua Komunitas Ojek Angkutan Tala Syairaji mengungkapkan, pekerjaan ojek angkutan telah berhasil menampung ratusan warga, yang dulunya sempat menganggur.

“Alhamdulillah sekarang mereka bisa bekerja,” tutur Syairaji, Rabu (3/9).

Saat ini anggota Komunitas Ojek Kayu lanjut Syairaji mencapai 288 orang. Mereka tersebar di Bati-Bati, Tambang Ulang dan lainnya. Jumlah ini berkembang pesat, usai dirinya mengawali pengangkutan kayu beberapa tahun yang lalu.

“Awalnya saya sendirian mengangkut, sempat dicemooh teman- teman, ternyata orang yang mencemooh saya itu, sekarang sangat giat ngojek,” tuturnya Syairaji diiringi senyum simpul.

Pekerjaan yang terbilang sangat beresiko ini, rupanya sangat diminati warga. Lantaran uang yang dihasilkan cukup lumayan. Apalagi menurut hitungan warga, angka Rp100 ribu, yang diperoleh dalam sekali angkut, cukup menggiurkan.

“Meskipun pekerjaan ini sangat melelahkan. Jika mengangkut kayu dari Salaman ke Bati-Bati, paling tidak harus singgah sampai 15 kali, untuk istirahat. Agar tangan tidak keram, karena beban yang berat, membuat setir pun terasa berat,” ujar Syairaji yang juga dikenal sebagai tokoh pemuda Bati-Bati ini.

Rute perjalanan para pengojek ini umumnya berasal dari tempat pengambilan limbah kayu, menuju Bati-Bati. Di desa inilah, mereka dapat menjual kayu yang dibawa.

Seiring penertiban yang dilakukan jajaran kepolisian, aktivitas komunitas ini pun tidak dapat leluasa. Lantaran tidak semua wilayah yang dapat diambil limbah kayu ulinnya. Hanya 3 desa yang masih dapat diakses dengan luasan sekitar 60 hektar.

“Yakni Damit 22 Ha, Salaman 22 Ha dan Kintapura 15 hektar. Itupun perlu ditegaskan lagi dari tim gabungan, baik kehutanan, perkebunan pertanahahan dan lain-lain,” tambah Syairani.

Untuk mengantisipasi berkurangnya stok limbah kayu ulin, wacana untuk mengganti jenis angkutan pun muncul. Seperti mengangkut biji besi, yang saat ini masih menggunakan truk-truk.

Jika ini dapat dilakukan, maka keberadaan komunitas angkutan ini mungkin tetap dapat eksis. Meskipun ke depan perlu payung hukum yang jelas, untuk menaunginya. Karena sepeda motor masih belum diperuntukkan untuk angkutan barang. (mr-90)

No comments: