Monday, March 24, 2008

Hapus Saja Industri Kayu

Kamis, 13-03-2008 | 00:35:05

Penyebab Rendahnya Pertumbuhan Ekonomi Kalsel

BANJARMASIN, BPOST - Industri perkayuan yang kolaps beberapa tahun lalu, ternyata mempunyai andil besar terhadap rendahnya pertumbuhan ekonomi di Kalsel.

Sehingga berbagai pihak menghendaki, industri yang pernah menjadi raja penghasil devisa daerah ini jangan dimasukkan dalam survei perhitungan pertumbuhan ekonomi Kalsel.

Menurut Gubernur Kalsel H Rudy Ariffin, kalau pertumbuhan ekonomi dihitung di luar dari industri dan pengolahan kayu kemungkinan di atas 6,38 persen.

Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Kalsel, kata Gubernur, 2006 lalu pertumbuhan ekonomi sektor industri dan pengolahan -1,70 persen. Sedang 2007, naik menjadi 2,94 persen.

"Sekarang sektor keuangan dan jasa perusahaan, serta jasa-jasa lainnya tumbuh signifikan. 2007 angkanya mencapai 7,47 persen dan sektor jasa-jasa 6,77 persen," jelas saat seminar nasional Prospek dan Tantangan Ekonomi Daerah dalam Integrasi Ekonomi Dunia di Hotel Arum, Rabu (12/3).

Begitu juga dimata perbankan, menurut Direktur Utama Bank BPD Kalsel, Juni Rif’at, industri sudah seperti matahari yang terbenam, tapi tidak terbit.

"Kalau di mata perbankan, industri kayu sudah tidak menarik lagi dibiayai. Saat ini, sektor yang lagi gencar-gencarnya dibiayai perbankan adalah pertambangan, perkebunan dan infrastruktur," katanya.

Produk Domestik Netto

Sementara itu Senior Research Fellow Institute of Southeast Asia Studi (ISEAS) Singapore, Dr Aris Ananta berpendapat, pertumbuhan Kalsel tidak akan mencapai 6,38 persen kalau masalah kerusakan lingkungan dimasukkan dalam survei.

"Saat ini untuk menghasilkan pertumbuhan ekonomi, hanya sektor-sektor usaha saja yang jadi patokan. Sementara kerusakkan lingkungan tidak dimasukkan," jelas Anis.

Untuk itu, papar dia, menghitung angka pertumbuhan tidak perlu lagi menggunakan cara lama dengan berpatokan pada Produk National Bruto tapi menggunakan Produk National Netto.

"Dalam akutansi kita mengenal depresiasi, dan saat menghitung keuntungan dalam bisnis, dimasukan depresiasi dalam perhitungan biaya. Jadi Produk Domestik Neto adalah Produk Domestik Bruto setelah dikurangi depresiasi (kerusakkan lingkungan) tadi," jelas Anis. (tri)

No comments: