Tuesday, December 18, 2007

Dewan Disegel Warga Alalak Tak Leluasa Keluar-Masuk DPRD

Jumat, 9 November 2007

Radar Banjarmasin

BANJARMASIN ,- Aksi demo sebenarnya kerap saja saja terjadi di DPRD Kalsel. Namun aksi demo oleh sejumlah orang yang mengatasnamakan warga Alalak kemarin, ternyata sedikit mengganggu aktivitas pegawai Rumah Banjar. Bukan hanya karena suara gaduh dari berbagai alat musik yang ditabuh para pendemo, namun mereka tidak dapat leluasa keluar masuk ke kantor. Sebab, semua pintu, ditutup pendemo.

Pintu utama kantor para wakil rakyat Kalsel di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin itu digembok dengan rantai, sementara gagang pintu belakang dipalang dengan kayu. Begitu pula pintu masuk di Lantai 2, dan pintu masuk ke Ruang Rapat Paripurna, juga dipalang kayu.

Aksi para demonstran ini kian tak simpatik, dengan menjaga setiap pintu itu hingga para anggota dewan dan staf tak bisa keluar masuk secara leluasa. Mereka bahkan melarang siapa pun untuk keluar masuk. Sementara aparat Poltabes Banjarmasin hanya terlihat berjaga-jaga saja. Beberapa tanaman di lingkungan DPRD juga terlihat rusak.

Selain staf DPRD, anggota DPRD yang terkurung di Rumah Banjar adalah Abdul Hasan (FPG), Mardiansyah (FPG), Nur Izatil Hasanah (FPG), SJ Abdis (FPAN), Ismail Hidayat (FPPP), dan Iriansyah (FPDIP). Bahkan dua orang wartawan yang ngepos di DPRD, yakni Sopian (Barito Post) dan Sarif (Mata Banua), juga terkurung. 3 orang staf wanita DPRD yang kebetulan baru saja melakukan dinas luar kantor pun tidak dapat masuk. Mereka terpaksa duduk di tempat parkir.

Memang sebagian anggota DPRD yang menjadi anggota Panggar serta didampingi semua unsur pimpinan, sedang berada di Jateng melakukan studi banding Dana Politik Alokatif. Anggota non Panggar, tak jelas keberadaannya. Abdul Hasan sempat keluar, kemudian melakukan dialog, namun tetap saja buntu. Baru pukul 13.30, pendemo mengizinkan staf DPRD untuk keluar. Tak jelas bagaimana cara wakil rakyat itu dapat keluar DPRD.

Koordinator Aksi, H Maulana, mengungkapkan bahwa penutupan pintu DPRD Kalsel itu sebagai simbol ketidakpuasan dari sikap anggota DPRD yang tak juga memberikan kepastian hukum terhadap usaha mereka yang bergerak di bidang perkayuan. “Ini rumah kami. Mereka bekerja dan berada di sini karena suara kami. Sudah siang begini, ternyata banyak yang tidak datang juga, maka lebih baik tidak usah datang lagi. Ini bukan anarkis,” tegasnya.

Mereka sebenarnya meminta wakil rakyat agar melakukan dialog kembali dengan menghadirkan Muspida Kalsel. Pendemo mengklaim telah memberitahu kedatangannya. Namun dari Koordinator Keamanan DPRD Kalsel Anang Indra Jaya diketahui bahwa surat itu tak sampai ke DPRD. (pur)

No comments: