Monday, September 10, 2007

Pembalakan Hutan Dompleng Perusahaan

Thursday, 23 August 2007 01:35

TANJUNG, BPOST- Pembalakan hutan masih terus berlangsung di kawasan hutan Kabupaten Tabalong. Aktivitas tersebut berjalan aman karena mendompleng wilayah kerja perusahaan tambang dan HPH milik perusahaan kayu.

Dibekingi Aparat

PERLINDUNGAN oknum aparat juga terlihat di lokasi. BPost dan rombongan sempat melihat seorang aparat berseragam TNI duduk santai dengan para pembalak di warung. Oknum tersebut keburu kabur saat didekati.

Menurut Herbert, setiap ada pembukaan pit atau tambang baru di areal PT Interex, pembalak juga berbondong-bondong datang. Biasanya pembalak melansir kayu dengan hartop modifikasi dari dalam hutan ke pinggir jalan, selanjutnya ada armada truk mengambilnya dan membawanya ke suatu tempat.

Sejumlah orang yang diduga pembalak kayu hutan rata-rata tidak mau menyebutkan siapa cukong atau bos yang mendanai aktivitas itu. Mereka hanya mengatakan mengayu untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan dijual untuk keperluan pasar lokal.

Sementara di pit II yang merupakan areal bukaan baru juga tampak sekelompok orang tertangkap basah sibuk memotong jenis kayu lemah, pohon tarap dengan ukuran mini 1,35 meter. Utun, warga Jaro, salah satunya mengaku kayu tersebut akan dikirim ke PT Elbana dan dijual Rp225 ribu per kubik.

Pada inspeksi kemarin tim sempat dibuat ketar ketir karena puluhan orang diduga pembalak yang semula asyik duduk di warung langsung berkerumun begitu melihat rekannya tertangkap basah melansir balok kayu meranti dengan hartop kabur tak jauh dari tempat mereka. Namun setelah dijelaskan petugas bahwa operasi tersebut bukan razia, mereka pun menunjukkan sikap cukup bersahabat. nda

Hal itu baru diketahui tim investigasi dari Dinas Kehutanan, Polisi Hutan, Satpol PP, perwakilan kejaksaan dan Polres Tabalong, Selasa (21/8). Tim yang berjumlah 11 orang itu melakukan inspeksi di kawasan hutan Kecamatan Jaro.

Hutan Jaro berbatasan dengan Desa Tiwau Kecamatan Muara Komam, yang masuk wilayah Kaltim, tepatnya perbatasan HPH PT Elbana Abadi Jaya dengan PT Interex Sacra Raya.

Di sana, tim dipimpin Ardani dari Dishut Tabalong menemukan pembalakan secara terang-terangan oleh warga dua daerah. Para pembalak bahkan leluasa membawa alat transportasi berupa truk, pikap dan hartop modifikasi di jalanan yang ramai lalu lalang alat berat milik perusahaan.

Di sejumlah titik tampak batang-batang kayu berbentuk plat berkuruan besar terlihat bertebaran sembarangan di sejumlah titik pinggir jalan. Di beberapa belokan jalan juga tampak beberapa gubuk kayu. Menurut keterangan, di sana juga ada warung kecil yang biasa dijadikan tempat mangkal.

Bahkan saat menelusuri jalur-jalur tikus yang biasa dilalui para pembalak, tim berpapasan langsung dengan tiga hartop bermuatan kayu keras jenis meranti merah kualitas ekspor. Tiap-tiap hartop memuat setidaknya delapan plat berukuran 40x40 sentimeter dengan panjang 2 meter, diikat di sisi kanan dan kiri hartop modifikasi tersebut.

Pihak perusahaan mengakui, kegiatan para pembalak sudah jadi keseharian suasana tambang. Mereka mengaku sudah berulangkali melarang namun tak digubris. Upaya meminta bantuan aparat untuk menertibkan sia-sia karena justru jadi ajang pungli.

Pihak perusahaan akhirnya memutuskan menutup portal dan pos jaga yang semula dibangun untuk meminimalisir aksi pembalakan. "Kami tidak berwenang menangkap mereka. Jadi kami serahkan kepada aparat menanganinya. Tapi ketika difasilitasi malah dimanfaatkan untuk mencari keuntungan. Akhirnya kami biarkan saja," terang Herbert S, SHE Dept Head, PT Interex.

Herbert mengatakan pihaknya tidak berkepentingan terhadap kayu hasil jarahan. Yang dikhawatirkan justru keselamatan pekerjanya, karena pembalak dengan seenaknya masuk areal tambang. nda


1 comment:

shirTalks said...

Banyak yang berteriak-teriak mengecam illegal logging. Banyak yang mengutuk-ngutuk semua yang berhubungan dengan kegiatan nista ini. Banyak yang mencibir melihat para penjaga hutan yang setuju menutup mata ketika diberi uang oleh pengusaha korup. Banyak yang ingin menggantung para pejabat yang diam-diam (konon) mengeruk keuntungan besar dari perampokan hutan.

Tapi apa penyebab illegal logging? Maksud saya, bisakah kita memperlakukan hal ini sebagai sebuah gejala simptomatis dari sebuah penyakit yang lebih besar? Intinya, APA yang memotivasi para oknum-oknum illegal logging, dan APA yang membuat mereka menghancurkan lingkungan anak cucu demi segelintir koin?

Dari perdebatan kami di dalam komunitas shirTalks (http://www.shirtalks.com) sendiri, kami telah membagi penyebab illegal logging menjadi poin-poin berikut:

- APATISME: Masyarakat jarang memikirkan masa depan, khususnya masa depan lingkungan kita. Terdengar terlalu abstrak. Terlalu "ngawang". Padahal lingkungan kita adalah HAL TERPENTING dalam kehidupan kita di dunia ini.

- EGOTISME: Oknum merasa dirinya lebih penting dari masyarakat. Kalaupun ada banjir di desa sebelah akibat hutan-hutan yang hancur, yang penting sang oknum sendiri tak terkena.

- KAPITALISME, KAPITALISME, KAPITALISME: Faktor terpenting. Indonesia telah menjadi negara kapitalis, tak lagi negara Pancasilais. Kapitalisme tidak merupakan masalah, ASAL TAK BERLEBIH. Dan kapitalisme yang sekarang kita miliki sudah SANGAT berlebih. Apalagi para oknum-oknum penjaga hutan dan sebagainya tak mendapatkan uang yang cukup dari pemerintah KORUP kita. Tentu saja mereka mencari uang tambahan-- sejahat apapun caranya.

Ini tiga masalah Indonesia! "Penyakit" yang sudah menjadi kanker metastastis yang menempel di tiap sel! Illegal logging hanyalah sebuah GEJALA dari penyakit ini. shirTalks ingin Anda tahu, bahwa "Penyakit" ini tidak akan sembuh kecuali ANDA yang sembuhkan!

Tunjukkan pada dunia anda PEDULI dengan illegal logging. Bukalah:

http://shirtalks.com/?binx=issue&type=long&id=lo-1

CAPITALISM KILLS TREES.

Let The World Know.