Monday, September 10, 2007

Kayu Ulin Dicuri untuk Bikin Rumah Anjungan Jembatan Barito Tersisa Empat dan Memprihatinkan

Saturday, 25 August 2007 00:56:29

BANJARMASIN, BPOST - Sejumlah anjungan berbentuk rumah Banjar yang terdapat di samping bawah Jembatan Barito, kondisinya sangat mengenaskan. Dari 11 anjungan yang mewakili daerah di Kalsel dan dibangun bersamaan dengan pembangunan jembatan 1995 lalu, kini hanya tersisa empat.

Itu pun kondisi masing-masing anjungan yakni Banjarmasin, Banjar, Tanah Laut dan Hulu Sungai Tengah (HST) kondisinya sangat memprihatinkan. Kayu papan yang terbuat dari kayu ulin banyak yang hilang dan tinggal tiang-tiang penyangga. Bahkan banyak yang diganti dengan kayu lain seperti sengon. Sementara tujuh lainnya, hanya bekasnya yang tersisa.

Meski tak terawat, namun setiap orang yang masuk kawasan itu tetap dipungut retribusi Rp 2 ribu per orang. Dan yang melakukan pungutan tersebut, tampak tidak mengenakan seragam layaknya pegawai pemda. Mereka memakai pakaian bebas dan berganti-ganti memungut retribusi itu.

Penjaga kawasan wisata itu sebelumnya, Udin Tato (45) yang ditemui BPost mengatakan, sekitar enam tahun terakhir keberadaan salah satu lokasi wisata di Kalsel itu sudah tidak diperhatikan lagi pemerintah daerah.

Termasuk masalah anggaran pengelolaan tempat tersebut. Lantaran tidak ada biaya, sehingga perawatannya pun berkurang. Diakui Udin, sejak diresmikan Presiden Soeharto bersamaan peresmiaan jembatan tersebut, pendapatan dari pengunjung cukup besar.

"Rata-rata setiap tahun mendapat uang Rp 6 juta, yang kami setor ke PD Bangun Banua. Dan itu berlangsung sekitar lima tahun semenjak diresmikan itu," terangnya kemarin.

Mengenai jumlah anjungan yang berkurang, menurutnya banyak kayu bangunan tersebut diambil warga untuk membangun rumah. Mengingat sekarang ini, untuk mendapatkan kayu ulin sebagai bahan baku rumah di Kalsel, sangat susah.

Dia pun mengaku tidak bisa menghalang-halanginya. Apalagi, aparat keamanan juga tidak ada yang menjaga di kawasan tersebut, sehingga warga dengan mudah dan semaunya sendiri mengangkut kayu-kayu anjungan tersebut.

"Ya warga Mas yang mengambilnya gasan rumah. Ada yang sekitar sini, tapi juga ada yang jauh dari daerah sini. Mau apalagi, petugas keamanan tidak ada, saya juga tidak berani mencegahnya," katanya.

Begitu juga tentang orang yang memungut retribusi kepada pengunjung. Menurutnya, sejak tidak ada perhatian pemerintah, pemungutan retribusi dilakukan warga sekitar tempat wisata itu.

Dan hasilnya pun, juga untuk kepentingan masing-masing orang yang menjaga di pintu masuk tersebut. Karena tidak ada lagi pengawasan maupun perhatian pemerintah.

"Ya siapa saja boleh menjaga dan minta uang masuk dan masuk kantong dirinya sendiri. Terus mau bagaimana lagi, perhatian dan pengawasan tidak ada," katanya. coi

No comments: