Wednesday, August 29, 2007

Kayu Kalimantan Ada di Amsterdam 200 Jenis di Setiap Hektare Hutan

Wednesday, 08 August 2007 01:58:37

BANJARMASIN, BPOST - Bumi Kalimantan tak identik lagi dengan hutan. Maklum, aksi perambahan hutan terus terjadi. Ironisnya, tak diimbangi dengan upaya penanaman hutan kembali.

Stop Dulu Izin Tambang

DI mata publik, kepala daerah ternyata kurang peduli terhadap lingkungan. Dari 5.037 responden yang tersebar di 41 kabupaten yang disurvei oleh Sugeng Saryadi Sindycate, persepsi publik menyebutkan, 47 persen kepala daerah kurang peduli terhadap lingkungan.

Kemudian 36 persen cukup peduli, dan 9,04 persen dianggap tidak peduli lingkungan. Sisanya sekitar tujuh persen dinilai peduli. Demikian diungkapkan Sekretaris Menteri Lingkungan Hidup, Arif Yuwono di Banjarmasin, Selasa (2/7).

Dengan kenyataan tersebut, kata Arif, dapat dibayangkan bagaimana nasib program-program lingkungan dari Kementrian Lingkungan Hidup yang kemungkinan besar tidak akan berjalan karena kecilnya dukungan pemerintah daerah setempat.

Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup (Bapedalda) Kalsel, Rachmadi Kurdi pun berharap kepala daerah di Kalsel turut menjaga lingkungan mereka. Salah satu bentuk konkret yakni tidak mengeluarkan izin kuasa pertambangan (KP).

"Banyak izin KP yang belum disertai UKL/UPL apalagi Amdal. Karena itu kami berharap izin KP distop dulu. Jangan diberi izin dulu untuk KP sebelum dilakukan evaluasi terhadap kegiatan pertambangan yang telah dilakukan," tegasnya.ais

Padahal, hutan di Kalimantan itu memiliki jeni pohon yang beragam. Berdasar penelitian Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), setiap satu hektare lahan hutan di Kalimantan terdapat minimal 200 jenis kayu.

Sekretaris Menteri Lingkungan Hidup, Aris Yuwono dalam acara rapat regional lingkungan hidup se-Kalimantan di Hotel Arum Banjarmasin, Selasa (7/8) mengatakan, kekayaan ragam jenis hutan Kalimantan tersebut sangat jauh berbeda dengan hutan di Amerika, yang hanya memiliki empat jenis kayu dalam setiap hektare-nya.

Kekayaan hutan Kalimantan tersebut, tambahnya, akan mampu menjadi berkah luar biasa bagi penduduk Kalimantan bila mampu memelihara dengan baik dan bisa juga menjadi bencana bila salah mengelolanya.

Menurutnya, banyaknya jenis kayu di hutan Kalimantan memiliki nilai ekonomis cukup tinggi, sehingga mengundang masyarakat untuk mencari nafkah dari menebang pohon secara liar.

Saat ini, tambahnya, tidak sedikit kayu-kayu Indonesia diselundupkan ke Amsterdam, China dan beberapa negara lainnya.

Akibatnya kondisi hutan sangat memprihatinkan, sehingga kerusakan lingkungan tidak lagi bisa dihindarkan, dan bencana terjadi di mana-mana. Dan kerusakan hutan di Indonesia saat ini, tambahnya, menjadi salah satu penyumbang ketiga terjadinya pemanasan global.

Untuk menghindari kerusakan lingkungan yang lebih parah, lanjut dia, pemerintah daerah harus memahami kondisi lingkungan yang ada, baru membuat strategi penanganannya. Selanjutnya, identifikasi program, tentukan fokus kegiatan, mengatasi pencemaran lingkungan, dan meningkatkan komitmen kepala daerah dan DPRD setempat.ant/ais

No comments: