Friday, July 27, 2007

Kayu Olahan Gantikan Plywood Antisipasi Kebangkrutan Industri Kayu

Jumat, 27 Juli 2007


BANJARMASIN ,- Setelah sempat terseok-seok, akibat minimnya bahan baku kayu sebagai dampak dari operasi penertiban illegal logging, kini industri kayu mengalihkan produknya dari kayu lapis ke kayu olahan. Ini karena, kayu olahan memiliki nilai jual dan permintaan pasar yang cukup besar, dibandingkan harus mengolah kayu lapis.

“Sekarang ini, industri perkayuan memodifikasi produknya, dari kayu lapis beralih ke kayu olahan. Kami sudah mencari pasar baru untuk produk ini,” kata Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalsel, Adi Laksono kepada wartawan koran ini, di sela-sela acara Dialog Strategi Penyusunan Perjanjian Kerjasama Bersama (PKB) Peraturan Perusahaan yang Siap Menghadapi Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) di Hotel Arum Kalimantan, kemarin.

Menurut Adi, perubahan yang terjadi di industri perkayuan itu, akibat kesulitan bahan baku, sehingga mengalihkan produk. Dari catatan Asosiasi Panel Kayu Indonesia (Apkindo), tercatat dari 130 perusahaan yang mengekspor produknya, tersisa hanya 56 perusahaan yang masih bisa bertahan. Sementara, di Kalsel, dari 15 perusahaan yang mengekspor kayu lapis, tersisa hanya 10 perusahaan.

“Hingga Mei-Juni ini saja, hanya 36 pengusaha yang masih melayani permintaan ekspor kayu lapis. Kita tak tahu bagaimana prospek ke depan,” kata Direktur PT Tanjung Selatan (TS) Plywood ini.

Untuk menyelamatkan jumlah industri kayu gulung tikar, seiring dengan minimnya bahan baku serta beralihnya permintaan pasar luar negeri, Adi mengakui memang telah terjadi rasionalisasi karyawan. Selama 4 tahun belakangan ini, dari 40 ribu buruh yang bekerja di industri kayu, tercatat 11 ribu sudah kena pemutusan hubungan kerja (PHK). “Agar industri kayu itu tetap bertahan, kita harus mengambil terobosan. Salah satunya, mengalihkan produk kayu,” imbuhnya. (dig)

No comments: