Monday, June 04, 2007

RUMAH LANTING, NASIBMU KINI

Monday, 04 June 2007 02:51
Kalau Tidak Disulap, Rugi Deh

Sejak pasokan kayu dari Kalimantan Tengah seret, sawmil-sawmil di Alalak Banjarmasin sepi order. Mereka banting setir, memanfaatkan kayu kaparan. Rumah lanting pun dibeli dan kayunya disulap menjadi mebel.

Minggu (3/6) pagi, puluhan warga Alalak sudah berkeringat, membongkar rumah lanting yang baru saja mereka beli dari warga asal Muara Teweh Kalimantan Tengah.Rumah lanting itu dimilirkan melalui sungai. Sayang, sebelum sampai di Alalak, rumah lanting itu ditahan polisi yang curiga kayu penopang rumah terapung itu hasil pembalakan. Setelah diteliti, baru terbukti kayu-kayu itu hanya kayu kaparan yang tak bernilai lagi. Polisi pun mengizinkan rumah lanting itu milir hingga Alalak.Warga terlihat hati-hati kala membongkar rumah itu. Dengan telaten, satu per satu paku yang menancap di atap dari seng dicabut. Tujuannya agar sengnya masih bisa dimanfaatkan. Mereka juga memisahkan kayu-kayu yang sudah lapuk."Kalau tidak hati-hati membongkar rumah itu, bisa-bisa dindingnya rusak, sama juga dengan seng. Makanya harus hati-hati biar tetap bisa dimanfaatkan kembali," kata seorang warga, Ahim.Ada empat rumah lanting yang pagi itu dibongkar secara gotong royong oleh warga. "Di sini cuma ada empat, sebagian lagi dibeli sama warga yang lain. Jumlahnya kemarin itu yang datang 37 rumah lanting, masing-masing warga sudah membelinya dari orang Muara Teweh," jelasnya.Diceritakan Ahim, kayu yang sudah dibongkar dari rumah lanting dijual lagi kepada orang lain. "Kualitasnya memang sudah tidak layak pakai lagi, paling yang beli biasanya orang-orang yang sedang mengecor bangunan," tuturnya.Sebagian kayu lainnya, diberikan kepada korban kebakaran."Kalau ada yang agak layak kita berikan kepada warga yang jadi korban kebakaran. Begitu juga dengan sengnya, coba lihat sekarang, pembangunan di lokasi kebakaran sudah mulai merata," kata Ahim.Sedangkan kayu yang menjadi pondasi rumah lanting, dijadikan lembaran-lembaran papan. "Tergantung kayunya juga, apalagi batang pondasi rumah lanting tersebut sudah lebih dari 20 tahun terendam air," ujarnya.Itu yang untung. Ada juga pembeli rumah lanting seharga Rp 4 juta hingga Rp 8 juta tergantung besar kecilnya rumah, yang rugi."Sudah rumahnya sudah tua, setelah kayu yang ada di bawah sebagai pondasi diangkat ke atas, ternyata tidak bisa digesek karena sudah lapuk. Ada yang mengalami kerugian Rp 2 juta sampai dengan Rp 4 juta. Mereka yang rugi terpaksa tidak bisa berusaha lagi," ungkapnya.Sebelum digesek, lanjut dia, kayu-kayu itu dijemur. Setelah digesek jadi papan dan balok, dijual per potongnya dengan harga antara Rp 2.500 hingga Rp 12.000.Kayu hasil potongan rumah-rumah lanting tersebut, dijual warga dengan cara borongan. Begitu pula dengan papan-papan serta balok rumah lanting.Oleh sang pembeli, kayu-kayu itu disulap jadi mebel.Ruhani misalnya. Karyawan salah satu perusahaan mebel di Alalak Selatan ini mengaku senang membeli kayu kaparan.Diakuinya, kualitas kayu tersebut memang sangat rendah, bahkan kadang-kadang kurang beruntung karena dalam sistem borongan bisa terdapat kayu yang tidak bisa lagi digunakan."Mebel kami ini harganya murah meriah. Makanya bahannya murah juga. Kalau kayu seperti ini dijual mentah memang tidak laku, tapi setelah kita poles jadi lemari, ya bernilai juga," tukasnya.Sebagai contoh, sebuah lemari ukuran 1,5 meter kali 90 sentimeter dijual Rp 180.000. Perusahaan mebel yang memiliki 10 karyawan ini memperoleh laba bersih sekitar Rp 20.000 per satu lemari."Kalau dijual langsung ke masyarakat untungnya bisa sampai Rp 50.000. Tapi bagi kami yang penting, untung sedikit tapi kami masih bisa tetap bekerja," tandas pria yang mengaku telah bekerja di sektor perkayuan sejak 20 tahun lalu ini.dua/ais
Copyright © 2003 Banjarmasin Post

technorati tags:,

Blogged with Flock

No comments: