Tuesday, May 08, 2007

Gerhan Belum Mampu Resap Hujan

Selasa, 08 Mei 2007 01:49

KANDANGAN, BPOST - Walaupun proyek gerakan rehabilitasi lahan dan hutan (Gerhan) terus dilaksanakan dari tahun ke tahun di Kabupaten HSS namun manfaatnya belum dapat dirasakan masyarakat, toh dalam kurun waktu empat bulan ini kawasan tersebut sudah dua kali dilanda banjir.

Plt Kadishut HSS Ir Udi Prasetyo mengakui dampak proyek reboisasi baik melalui pendanaan APBN berupa Gerhan maupun penanaman lahan hutan kritis yang dianggarkan lewat APBD, masih belum bisa menahan banjir.

"Ini kan baru lima tahun proyek ini jalan, jadi belum bisa dirasakan hasilnya, tetapi dalam kurun waktu sepuluh tahun ke depan Insya Allah, sudha bisa diandalkan sebagai serapan air," terang Udi, Senin (7/5) tadi.

Menurutnya, rata-rata laju penanaman kembali hutan kritis di HSS setiap tahunnya antara 1.000 sampai 1.500 hektare. Sementara data kerusakan hutan di HSS saat ini mencapai 40 ribu kehtare. "Hutan kritis di sini akibat ladang berpindah, kalau aktivitas penebangan liar memang tidak ada," ujar Udi.

Proyek Gerhan di HSS sudah dilaksanakan sejak tahun 2001 silam. Saat ini tinggi pohon yang ditanam selama lima tahun baru mencapai dua sampai tiga meter. Pohon-pohon dengan ketinggian itu, menurut Udi, masih belum mampu menjadi resapan air yang datang dari hutan kritis. Rata-rata pohon Gerhan yang ditanam adalah pohon jenis kemiri, jati, mahoni atau sungkai yaitu jenis tanaman keras yang efektif menyerap air.

Sementara hutan lindung yang masih mampu menjadi resapan air hanya 4.500 hektare, 100 hektare di antaranya berdasarkan survei masih terdapat pohon besar langka seperti ulin.

Mengenai banyaknya pohon bertumbangan saat banjir datang di daerah pegunungan, menurut Udi terjadi akibat erosi tanah dan sudah tua.

Itulah sebabnya, menurut Udi, seharusnya daerah pinggir sungai sepanjang Sungai Amandit dijadikan kawasan hijau baik di pegunungan seperti Loksado, Padang Batung, Telaga Langsat maupun di daerah rendah mulai Kandangan sampai Nagara.

Banjir yang menerjang HSS bukan hanya disebabkan dampak kritisnya hutan di daerah tersebut, namun juga akibat kabupaten ini menjadi kawasan penampungan air dari kabupaten tetangga seperti HST, HSU, Tabalong, Balangan dan hulu Sungai Barito di Kalteng. Sehingga saat banjir berkali-kali melanda, Sungai Nagara tak mampu menampung debit air.

"Bila hujan deras berhari-hari selalu berdampak banjir karena sungai tak mampu lagi menampung air yang datang dari mana-mana," pungkasnya. ary


No comments: