Selasa, 20 Maret 2007 01:08
Kandangan, BPost
Pohon langka yang masih tersisa di hutan Kecamatan Loksado Kabupaten Hulu Sungai Selatan akan dipelihara dengan menggunakan sistem adopsi. Dana pemeliharaan per pohon antara Rp100 ribu sampai Rp250 ribu dalam setahun.
Plt Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Udi Prasetyo mengatakan adopsi ditawarkan kepada pengusaha atau pejabat yang peduli dengan kelestarian lingkungan hutan. Dana dari adopsi tersebut diserahkan kepada masyarakat dalam bentuk kegiatan reboisasi.
"Adopsi pohon ini juga memberikan motivasi kepada masyarakat agar tidak menebang pohon yang sudah langka," ujar Udi Senin (19/3). Untuk tahap pertama, diadopsi 100 pohon dan orang yang mengadopsinya diberikan sertifikat.
Program ini dilaksanakan menunggu selesainya peraturan daerah HSS tentang pengelolaan hutan lindung digodok DPRD setempat. Pohon yang diadopsi berlokasi di Ulang dan Kamawakan, yaitu jenis pohon meranti, belangiran dan keruing.
"Program adopsi ini bukan dimaksudkan menguasai tanah adat milik masyarakat. Tapi upaya menjaga agar pohon tak ditebang,"jelas Udi. Hasil pendataan Dihutbun HSS, dari 16 ribu hektare luas kawasan hutan di daerah ini, baru 100 hektare diantaranya teridentifikasi masih terdapat pohon langka seperti jenis meranti, belangiran, keruing dan ulin.
Keberadaan pohon ulin berada di wilayah hutan virgin yang belum sama sekali dirambah. Hutan virgin ini masuk wilayah hutan keramat, yakni wilayah yang terdapat kuburan nenek moyang warga Dayak yang tak boleh diganggu kelestarian alamnya, sekalipun oleh warga setempat.
Arani pembakal Desa Ulang Kecamatan Loksado mengatakan di daerahnya sudah tak ditemukan lagi pohon ulin. "Rasanya tidak ada lagi jenis pohon ulin. Pohon yang diameternya besar memang masih ada tapi di hutan belantara," katanya. Masyarakat Ulang selama ini sudah menjaga daerahnya dari penebangan di hutan lindung, karena pohon itu berada di tanah adat milik masyarakat. ary
No comments:
Post a Comment