Thursday, August 17, 2006

Ekspor Kayu Bakal Meningkat

Selasa, 15 Agustus 2006 01:48:24

Banjarmasin, BPost - Perang memang peristiwa menyedihkan karena banyak korban berjatuhan dan bangunan pun porak poranda. Tapi bagi pengusaha kayu Kalsel perang di Timur Tengah menjadi peluang usaha yang baik bagi industri perkayuan untuk bangkit.

Hal itu diungkapkan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Kalsel, Adi Laksono saat dimintai komentar soal dampak perang antara Lebanon dan Israel sejak sebulan lalu terhadap realisasi ekspor produk kayu dari Kalsel ke negara di Timur Tengah.

Ia memprediksikan saat perang usai, negara-negara yang terlibat kemelut itu akan membutuhkan banyak kayu untuk melakukan rehabilitasi atau perbaikan bangunan.

"Kita tetap berusaha memperbesar volume pengiriman produk kayu. Karena untuk masa pemulihan mereka pasti membutuhkan banyak kayu. Dan itu adalah prospek yang bagus," katanya, Senin (14/8).

Untuk itu pihaknya akan bekerja sama dengan negara-negara rekanan di Timur Tengah (Timteng) untuk membantu proses pengiriman.

Memang diakui dia selama ini volume ekspor ke Timteng khususnya plywood dan moulding masih relatif kecil, sekitar 2,5 persen dari total realisasi ekspor produk kayu.

Biasanya pengiriman dilakukan melalui negara Bahrain atau Dubai, namun terbesar diserap negara Arab Saudi.

Ia juga mengatakan pada perang di kawasan Timteng kali ini tidak menimbulkan kekuatiran para pengusaha, karena hanya terjadi dalam skup kecil, regional.

"Berbeda dengan perang Irak beberapa tahun lalu. Di mana ada ancaman pembajakan kapal pengangkut produk kita, sehingga merugikan. Tapi kalau perang ini meluas mungkin kekuatiran serupa akan terjadi," tambahnya.

Direktur Operasional PT Surya Satria, Sukendi Johan mengatakan, biasa permintaan dalam jumlah besar melalui asosasi. "Kalau asosiasi minta akan kami upayakan, tetapi Surya Satria pemiliknya di Jakarta. Jadi terserah Jakarta," kata Sukendi, kemarin.

Kalau untuk market, jelasnya, kita ekspor ke Japang dan tidak bisa mengalihkan begitu saja.

"Untuk speksifikasi juga beda, Jepang kayu ukuran kecil sementara Timur Tengah ukuran besar," jelasnya.

Terpisah, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kalsel, Subardjo, mengatakan selama ini tidak ada ekspor secara langsung Kalsel ke Israel. Sedangkan ke Libanon relatif kecil.

Ia menambahkan ekspor ke Timteng pun selama ini relatif kecil, cuma 10 persen dari total ekspor Kalsel.

Di mana berdasarkan data, realisasi volume ekspor Kalsel tahun 2005 sebanyak 52.2 miliar kilogram atau senilai Rp2.08 triliun. Sedangkan khsusus produk plywood yang menjadi andalan ekspor ke Timteng tahun 2005 tercatat realisasi 518 ratus juta kilogram atau senilai Rp329 miliar.

"Karena sekarang demand-nya lebih banyak dari supply, sehingga bebas memilih pasar. Jadi kalau pun ke Timur Tengah terganggu, para produsen dapat mengalihkan ke negara lain," tambahnya.

Selain Bahrain, Kalsel juga mengirim ke negara lain seperti Saudi Arabia, Uni Emirat, Yordania, Qatar, Kuwait, Mesir, Yordania dan Iran. Namun selama ini masih bersifat tidak tetap, karena terkadang tidak ada realisasi ekspor di tahun berikutnya.

Hal itu tampak dari data realisasi ekspor Kalsel antara 2001-2005. Sedangkan data terakhir realisasi volume ekspor ke negara-negara Timur Tengah, Subardjo mengatakan masih di data. nda

No comments: